Kamis, 28 Juli 2016

Kisah Sedih (Tentang Hanum) di Hari Minggu


Lebaran adalah momen spesial untukku. Kalo hari-hari biasa, jarang bisa ngumpul sama keluarga, teman, dan sahabat. Tapi saat lebaran tiba, keluarga besar berkumpul, tetangga saling bersalaman, teman-teman lama reuni, murid-murid datang berkunjung (pengalaman saat menjadi guru). Lebaran tahun ini pun hampir sama dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Tapi lebaran 2 tahun terakhir lebih spesial dengan hadirnya Hanum, walau tanpa kunjungan murid :(

Saat lebaran tiba, banyak yang memanfaatkannya untuk saling bersilaturrahmi dan maaf memaafkan. Aku pun demikian. Jadi, saat lebaran kemarin, kami sekeluarga mudik ke Pati (baru kali ini kami mudik lebaran, dulu paling dolan Pati-Jepara). Telfon travel rata-rata udah penuh. Tapi Alhamdulillah masih mendapat travel di H-2 lebaran.

Tiba-tiba…
huaaa… Hanum panas tinggi saat H-3 lebaran, hari minggu, pas saat Ulang Tahunnya yang pertama. Ada-ada aja to, Nduk. Kami sepakat. Kalo sampe besoknya masih panas, mudik ditunda. Eh, tapi Nak Hanum pinter, lho. Pas H-2 suhu badannya udah normal. Alhamdulillah. Langsung packing.

Walau demam tinggi tetep keep smile

2 minggu terapi di GFBN dan minum vitamin yang diresepkan oleh Dokter, Hanum ngocehnya tambah banyak, tambah lama. Suka ketawa-ketawa lucu, maemnya banyak. Alhamdulillah. Makin gemesssss sama kamu, Nak. Tapi… sejak demam tinggi di hari ultahnya, ngocehnya berkurang. Jadi judule “Kisah Sedih di Hari Minggu” Hikz hikz. Ah, semangattt lagi. InsyaAllah bisa lebih pinter lagi nanti.

Seperti biasa, lebaran hari pertama dan kedua, kami silaturrahmi ke rumah tetangga dan saudara yang tinggalnya nggak jauh-jauh banget dari rumah. Saat aku dan ayahnya Hanum pergi, Hanum di rumah sama mbah Uti. Sengaja kami meninggalkannya sebentar di rumah. Bukan karena malu memiliki ABK, bukan juga karena takut rempong bawa-bawa anak kecil, tapi aku khawatir Hanum kecapean dan drop lagi kondisinya kalo ikut keliling RT.

Foto setelah sholat Idul Fitri

H+7 lebaran, kami balik Jogja. Tiba-tiba inget ada SAUDARA yang aku belum ketemu. Langsung SMS. Dia tanya aku di mana. Aku jawab apa adanya dan menceritakan tentang Hanum. Entah kenapa, aku jadi nangis baca SMS balasannya. Biasa sih, ya, biasa mungkin menurut orang lain. Tapi entah kenapa, aku jadi down banget membaca SMS itu. Jiwa cengengku muncul kembali. Iya, sih, niatnya mungkin baik. didoakan juga. tapi kata-katanya tuh gimana gitu.

“Py si mbk sampean nk dwe anak kok ngono teros si dikuat2n y mbk mugo2 hanum cpt sembuh.”

 

(“Gimana sih mbak kamu kalo punya anak kok gitu terus sih dikuatkan ya mbak semoga Hanum cepat sembuh.)

Terus aku harus jawab apa?

Apa aku yang menentukan anak seperti apa yang hadir dalam hidupku?
Apa aku yang mengatur takdirku sendiri?

Jadi ingat curhat ortu ABK lain. Orang lain boleh aja menganggap ortu ABK memiliki anak spesial karena banyak dosa, karena pas hamil begitu dan begini, karena pekerjaannya nggak halal atau karena apalah-apalah. terserah, hak mereka. Tapi kami yakin, kami mendapat titipan istimewa karena kami mampu mendapat amanah ini. Kami mendapat anak spesial, karena akan ada hikmah besar dibalik ini. Kami mendapat pelatihan untuk lebih sabar secara gratis, yang nggak semua orang mendapatkannya. Allahua'lam. Itu rahasia Allah. Jalani aja, ikhtiar semaksimal mungkin. Kalo soal dosa, ya, dosaku memang buanyakkk banget. "Mohon Maaf ya, jika ada yang pernah merasa tersakiti dan teraniaya olehku, entah sengaja ataupun tidak, dan aku belum sempat meminta maaf."


Setelah kembali ke tempat terapi, semangatku untuk Hanum kembali lagi. Bismillah, mulai berjuang lagi. Semangat semangat semangat, Nak!!! ^_^

4 komentar:

  1. Kalau ada apa-apa / butuh bantuan, calling kami yag, jangan sungkan

    BalasHapus
  2. semangattt terus bu ana sayaang,,,, dek hanuuum tambah pinteeer yaa tambah sehattt kebanggaan ayah bunda terusss.... peeeyukkk dek hanuum #daritanahrantau heheeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... makasih mbak. cpt nyusul punya dede baby jg ya... :)

      Hapus