Ulasan berikut ini versi aku, ya, jadi cuma sekadar sharing
dari orang bodoh ini. Cmiiw.
Sebelum menikah, tiap kali sakit flu atau pusing, aku biarin aja sampe hilang sendiri sakitnya. Nggak suka minum obat-obatan. Kalo sakitnya kayak diare, aku makan pucuk daun jambu biji aja. Seringnya sih sembuh. Tapi kalo udah maem pucuk daun jambu biji dan nggak sembuh, ya mau nggak mau minum obat dari bidan/dokter. Nggak enak juga kalo diare terus. Lemes.
Saat hamil anak pertama, disuruh minum minyak kelapa, aku
minum aja sih. Kalo kata orang tua biar gampang saat melahirkan. Tapi
kenyataannya beda, hehehe. Disuruh minum air rumput Fatimah, aku minum juga.
Katanya sih biar nggak sakit pas bersalin. Tapi bukan melahirkan namanya kalo
nggak ngerasain sakit. Aku tuh suka sayuran, tapi pas hamil sayuran rasanya
jadi aneh, hahaha. Hamil kedua, tanpa minum minyak-minyakan, tanpa rumput
Fatimah dan sebagainya. Alhamdulillah lancar persalinan kedua.
Nah, saat punya anak pertama, Dea, semua berubah. Setelah
mengetahui ada yang berbeda dengan Dea, aku lakukan apa aja untuknya. Pertama
pijat biasa sih, sama dukun bayi. Nggak ngaruh. Lalu ke dukun bayi yang katanya
senior. Dipijat-pijat gitu, sama disuruh ngasih sawanan bengle dan dlingo. Nggak
ngaruh juga. Ada lagi yang testimoni tentang dukun tua yang sering didatangi
orang untuk mengobati anaknya yang sakit. Di sana Dea dipijit juga. Dikasih
“resep” (tapi nggak bisa ditebus di apotek, ya). Resepnya antara lain Bengle,
dlingo, rumah rayap, akar padi de el el lah pokoknya. Nggak ngaruh juga. Lalu
sama salah seorang nakes menyarankan ke pijat syaraf. Dea nggak dipijat kayak
di tempat dukun bayi. Cuma dipijit telapak kaki dan tangan aja. Terus dikasih
semacam minuman gitu. Lagi-lagi nggak ngaruh. Terakhir ke tempat dukun pijet
yang katanya pernah menyembuhkan anak yang cacat (dari cerita beliau, kayaknya
si anak CP). Dipijet juga. Masih tetep nggak ngaruh.
Tiap ikhtiar alternatif itu, aku lakukan rutin minimal 5x,
kecuali pijat syaraf. Malah yang terakhir sampe sepuluh kali. Banyak yang bilang
Cuma ngecer-ecer (baca: buang-buang) duit, sih. Ah, mereka bilang kayak gitu karena
nggak pernah ngerasain gimana jadi aku. Tapi walaupun saat itu Dea menjalani
pengobatan alternatif, tetap aku bawa dia ke dokter. Dea tetap minum obat yang
diresepkan dokter, menjalani berbagai tes dan yang lainnya.
Saat Hanum pun mulai terlihat ada yang nggak beres, kami
nggak tertarik pengobatan alternatif. Jadi sejak awal memang medis. Minum obat
rutin, menjalani berbagai tes seperti yang aku ceritakan tentang Hanum.
Fisioterapi juga rutin jika keadaannya baik. Nah, tentang fisioterapi, pernah
ada seorang nakes yang bilang, “Udah, nggak usah fisioterapi. Buat apa
fisioterapi? Kalo udah pernah kan tinggal meniru apa yang dilakukan terapis.”
Pengen rasanya aku ngunggahi, menyangkal gitu maksudnya. Terapis itu juga butuh
pendidikan. Mereka nggak sekadar pijat asal-asalan. Pendidikannya juga ada,
setara kan dengan perawat atau bidan? Iya, itu salah seorang tenaga kesehatan
yang bilang. Aku cuek aja. Dokter juga menyarankan fisioterapi, kok. Nakes juga
manusia, kan? Mungkin dia kurang paham aja tentang ini.
Hanum juga aku kasih herbal. Macem-macem herbalnya. Tapi ya
nggak semua herbal yang ditawarkan aku kasihkan sih. Karena masih ASI, aku
seringnya yang minum. Herbal yang aku atau Hanum minum misalnya Habbatussauda,
VCO (Virgin Coconut Oil), EVOO (Extra Virgin Olive Oil), minyak hati ikan, sari kurma (sekarang
bikin Nabiz aja), spirulina (kalo pas nggak masak sayur), apa lagi ya? Itu sih
kayaknya.
Yang penting hati-hati aja dalam memilih. Kadang ada penjual yang mengagungkan produknya, bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit misalnya. Banyak yang melakukan apapun demi mendapat pelanggan. Tapi nggak semuanya kayak gitu kok. Ada juga yang baik dan jujur. Herbal juga cocok-cocokan lho. Si A pake herbal X cocok dan mendapat hasil maksimal, bisa jadi herbal X tadi diminum si B dan nggak ngaruh apapun.
Bagi kami, herbal dan obat dari dokter saling menunjang.
Minumnya tetap dikasih jarak. Setauku memang herbal untuk daya tahan tubuh dan
mencegah penyakit, kalo udah sakit lebih efektif obat medis. Tapi balik lagi,
ya, herbal/medis/pengobatan alternatif hanya perantara kesembuhan. Lalu yang
menyembuhkan siapa? Allah yang Maha Menyembuhkan. “Dan apabila aku sakit,
Dialah (Allah) yang menyembuhkanku.” [QS Asy Syu’ara: 80].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar